Terobosan Bagi Produktivitas Pertanian

Sistem pertanian kita dalam 50 tahun terakhir hanya meng­andalkan peningkatan produktivitas dan kesuburan tanah dari kimia saja, padahal kesuburan tanah merupakan keseimbang­an antara kesuburan fisika, kimia dan biologi. Akibatnya seka­rang kesuburan biologi tanah / bahan organik merosot drastis, dicirikan dengan kandungan humus tanah yang rendah (seki­tar 1%). Pengembalian kesuburan biologi ini dapat dilakukan dengan penambahan kompos atau pupuk kandang. Namun demikian hal ini sulit dilakukan petani karena jumlah kompos atau pupuk kandang yang dibutuhkan jumlahnya besar (6 s/d 8 ton/ha/musim tanam). Tentu pengadaan kompos sebanyak itu sangat sulit bagi petani. Kalaupun ada, biayanya menjadi mahal, selain penggunaannya tidak praktis.

Di sisi lain, kebutuhan pupuk kimia (urea, sp36, KCL dan lain-lain) setiap tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Data menunjukkan kebutuhan urea untuk lahan padi mengalami ke­naikan 8,5% – 10% per tahun. Situasi ini diperparah dengan problematika sistem tata niaga dan distribusi pupuk, khususnya urea. Sehinga, setiap musim tanam selalu terjadi kelangkaan urea dan gejolak harga yang menyulitkan petani.

Perlu diketahui bahwa dalam komponen produksi pertanian, pupuk menjadi faktor penentu keberhasilan, yakni mencapai 55%. Dengan kendala sulitnya petani memperoleh suplai pu­puk yang memadai, baik harga, jumlah, maupun ketepatan waktu, dibutuhkan suatu terobosan strategis di tingkat kebi­jakan pemerintah maupun inovasi teknologi.

Secara nasional Indonesia memiliki lahan dengan sebaran sebagai berikut: 12 juta hektar padi, 4 juta hektar jagung, 1 juta hektar kedelai dan 2 juta lahan sayuran dan hortikultur. Belum termasuk lahan perkebunan rakyat berupa kakao, karet, sawit, tebu, tembakau dan lain­lain yang semuanya menggu­nakan pupuk kimia dan pestisida dalam skala yang besar.

Berangkat dari kondisi inilah sebuah riset mikrobiologi karya anak bangsa telah berhasil mengembangkan produk pupuk hayati ramah lingkungan berbasis bioteknologi. MaxiFarm merupakan terobosan teknologi yang telah melalui beberapa tahapan uji coba meliputi: uji laboratorium, uji lapangan dan uji efektifitas oleh lembaga-­lembaga yang terakreditasi secara nasional yang diakui oleh Pemerintah RI.

Produk ini memiliki kandungan bakteri penambat N2 secara asosiatif, mikroba pelarut P dan mikroba pendegradasi selu­losa.

Beberapa jenis mikroba penting yang dibutuhkan dalam  proses penyuburan tanah secara biologi antara lain Azospirillium, Azotobacter, Mikroba Pelarut P, Lactobacillus, Mikroba Pendegradasi Selulosa, Hormon Tumbuh.

Jenis ­-jenis  mikroba  tersebut  dapat  bekerja efektif secara maksimal sehingga terjadi penghematan penggunaan pupuk kimia. Sedangkan hormon tumbuh, memacu pertumbuhan dan jumlah anakan padi. Peningkatan jumlah anakan.

Penerapan teknologi ini pada padi sawah akan menghemat penggunaan pupuk kimia sebesar 40­% – 60%. Data juga menunjukan, pupuk ini mampu mengatrol kenaikan hasil panen antara 20% – ­40% dari cara konvensional. Jika penggu­naan teknologi ini secara massal, maka cita-­cita swasembada pangan akan mudah tercapai. Dengan demikian tidak perlu lagi impor beras.

Tidak hanya pertanian. MaxiFarm juga telah teruji mampu meningkatkan produktifitas aneka perkebunan, tambak ikan dan peternakan. Sebuah teknologi untuk kehidupan.

Copyright © 2025 PT. Sellerpro Sukses Abadi. All Rights Reserved.